(Foto: Zulkuifli Bujir, S.Sos)
Sumbawa Barat -- Politisi muda Sumbawa Barat Zulkifli Bujir, S.Sos dari partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) menolak Pemilu 2024 mendatang kembali menggunakan sistem proporsional tertutup atau hanya mencoblos partai bukan calon legislatif (Caleg). Politisi muda kelahiran Kelurahan Menala ini menilai penerapan sistem proporsional tertutup merupakan sebuah kemunduran.
Menurutnya, apabila Pemilu 2024 diterapkan sistem pemilu proporsional tertutup, maka pemilih dipaksa membeli kucing dalam karung. Tidak tahu siapa anggota legislatif yang akan mewakilinya di parlemen.
“Demokratisasi sepatutnya bukan memundurkan yang telah maju, tetapi memperbaiki dan menata ulang hal yang kurang saja. Yang terjadi pada sistem Pemilu jika benar kembali ke sistem proporsional tertutup maka terjadi kemunduran luar biasa. Selain menutup peluang rakyat untuk mengenal caleg, rakyat juga dipaksa memilih kucing dalam karung,” tegas Zulkifli Bujir, S.Sos kepada wartawan, Selasa (15/02/2023) sore.
Sambung Aktifis Alumnus Malang Jatim ini, sistem proporsional terbuka yang diterapkan saat ini justru menjadi antitesis dari sistem proporsional tertutup yang lampau digunakan. Dia menegaskan memilih calon legislatif secara langsung menjadi jawaban masalah kesenjangan representasi.
“Dengan kembali ke proporsional tertutup artinya demokrasi kita mengalami kemunduran,” jelas Bang Kief sapaan akrab dari politisi Zulkifli Bujir.
Lebih lanjut Bang Kief menjelaskan, sistem proporsional terbuka membuka pintu bagi siapapun dengan berbagai latar belakang elektoral untuk ikut Pemilu. Namun sistem pemilu tertutup justru akan melanggengkan oligarki partai politik. Sebab dia menilai, asal anggota legislatif itu dekat dengan penguasa partai maka kinerjanya tidak jadi persoalan.
“Proporsional terbuka memungkinkan beragam latar belakang sosial seseorang untuk bisa terlibat dalam politik elektoral. Dengan sistem semacam ini pula, warga bisa turut mewarnai proses politik dalam tubuh partai,” ujar Bang Kief.
Meski demikian, Bang Kief tidak memungkiri ada kelemahan dalam sistem pemilu terbuka yang saat ini berlaku. Misalnya beragam masalah kecurangan. Tapi bukan berarti memilih jalan mundur menerapkan sistem lama.
“Kalau mau, gagas dan uji kembali sistem distrik atau sistem campuran misalnya. Ini namanya kita berpikir dan bergerak maju. Jadi jangan kebalik-balik cara berpikirnya,” demikian, pungkas Caleg dari Dapil 1 Taliwang ini. (An).